Kepada Kamu, Orang yang aku suka (Tulisan Absurd, Alay dan Menggelikan)
Tidak tau mau menulis apa. Jangan menghakimi tulisan aku ya pembaca, dari awal blog ini aku buat memang sebagai media curhatku. Dari SD dulu juga sering nulis curhat-curhatan di buku. Ketahuan kakak dan mamaku, mereka ketawa lalu mengejek. Ya kalau diingat-ingat isinya menggelikan sih, tentang mamaku yang kalau tidur meluk kakakku doang trus aku dianggurin. Lalu mamaku sering memuji kakakku yang cantik dan pintar. Ya jelaslah, kakakku juara umum terus di sekolah, orang tua mana yang tidak bangga. Aku? jangan ditanya, malak anak orang aja kerja di sekolah. haha...
Lalu sekarang aku mau cerita apa? ya dari judul pasti sudah tau dong aku mau curhat. wkwkwkw *jadi malu
Ketika mengetik tulisan ini, aku sedang berada di depan komputer kantorku. Ditemani 2 unit printer , 1 botol minum, nota-nota dan 1 toples butter cookies yang dibelikan oleh bosku (hmm, sepertinya bosku memang tidak mendukung program dietku). Lalu fikiranku melayang mengingat ucapan ayahku. Beliau bilang fikiran manusia itu paling cepat berubah, 1 detik juga bisa berubah. makanya jadi manusia harus terus menggunakan fikiran dan otak yang jernih, supaya apapun bisa difikirkan dengan baik.
Hmm, dari ucapan ini aku mengimplementasikannya ke perasaanku yang sekarang. Ya, manusia memang cepat berubah. Apalagi sejenis manusia labil seperti aku.
***
Jadi begini ceritanya...
September 2018 aku bertemu dengan seorang pria yang baru aku kenal. Kulit dia cenderung gelap (bilang aja hitam, paan dah), gondrong, berkumis dan berjenggot, bermata minimalis, bertubuh pendek dan kecil. Sama sekali bukan ciri-ciri pria yang bisa membuat aku jatuh hati. Ketika bertemu pertama kali benar-benar biasa saja, tidak cenderung gila. Lalu dengan percaya diri aku meminta nomor teleponnya, menanyakan pekerjaannya, menanyakan dia pakai shampo apa dan alasan dia gondrong. Sungguh, pertanyaan yang tidak tahu malu. Ya tapi itu terjadi karena memang tidak punya perasaan apa-apa. Untung saja aku tidak minta untuk memegang dan mencium rambutnya, seperti yang aku lakukan jika bertemu denga lelaki kribo. Obrolan malam itu terasa sangat singkat. Aku bisa mengingat suara dia, senyum dia dan tatapan matanya ketika berbicara.
Lalu setelah pertemuan itu aku pulang ke rumah, seperti biasa sampai ke kamar langsung baring di kasur sambil berselancar di dunia maya. Kebetulan dia juga ada blog. Lalu di situlah aku sepanjang malam. Membaca blog dia sambil berdecak kagum.
Tidak tahu apa yang aku kagumi, tulisan dia di blog juga seputar pengalaman dia yang sudah menjelajah banyak tempat. Tapi aku merasa bahagia membacanya.
Dari blog, aku mulai kepo ke isi media sosial. Aku mulai membuka facebooknya, melihat-lihat isi beranda, membaca semua caption dan melihat isi foto. Lalu sepanjang malam aku tertawa terbahak-bahak. Dia lucu, gumamku malam itu.
Paginya aku dibangunkan oleh pintu kamar yang dibuka paksa oleh kakak. "Bangun wooi, dah siang ni" teriak sang kakak sambil menyalakan lampu.
Aku bangun dengan terpaksa sambil menyesali perbuatanku tertidur tapi tidak membersihkan sisa make up. Aku buka hp, masih terpampang di sana beranda facebook dia. Pria kecil yang membuat aku tertawa-tawa tadi malam.
Dengan malas aku bangun, melihat wajah di depan cermin. Sisa eyeliner berserakan di sekitar mata, sisa lipstik di sekitar bibir. ugh, jorok, gumamku dalam hati. Aku mengambil kapas dan micellar water, lalu mengusapnya di mata sebelah kanan. Lalu fikiranku langsung tertuju ke dia, aku mengingat caption lucu dia tentang sebuah lagu pernikahan. Aku tersenyum.
Lalu kapas pindah posisi ke mata sebelah kiri, fikiranku langsung mengingat tatapan dia ketika berbicara dengan orang. Dia benar-benar menatap mata lawan bicaranya. Aku kembali tersenyum.
Setelah itu kapas pindah posisi ke bibir, aku lalu mengingat suaranya. Nada suaranya lucu, benar-benar suara yang khas. aku kembali lagi tersenyum.
Lalu aku mengambil selimut untuk melipatnya, aku lalu mengingat tingkahnya yang memperhatikan orang satu persatu walaupun tidak diajak berbicara. Aku kembali tersenyum.
Keesokan harinya aku semakin aneh, setiap membuka instagram atau facebook, yang aku akan cari adalah akun dia. Sekedar membaca ulang caption dan melihat foto-foto dia membuat hidup terasa menggembirakan. Ntah kenapa.
Aku jadi sering membicarakannya. Di rumah aku membicarakannya dengan kakakku, bertemu Novi juga membicarakan dia, bertemu Wella juga membicarakan dia. Rasanya membicarakan dia adalah hal yang membuat aku semangat.
Ketika membuka instagram yang aku tunggu adalah update story dia, ketika story aku dia lihat juga membuat aku girang. Apa aku suka dia?
Aku menyadari perasaan ini sebelum perjalanan aku ke Bandung. Saat itu, aku sudah mengakuinya dengan Wella kalau memang aku suka dia.
Selama perjalanan dari Jakarta ke Bandung aku tanya lagi ke diri aku sendiri. Serius suka dia? Bukannya laki-laki seperti dia bukan seleramu? bukannya kamu menyukai laki-laki putih, tinggi dan berperawakan besar? kalau bisa bule? (konon, aku ingin merubah keturunan).
Tapi kenapa sekarang berubah? kenapa bisa suka?
Pertanyaan-pertanyaan ini bermain-main di kepala aku. Lalu aku mengingat kalimat yang ayah aku ucapkan tentang fikiran manusia yang bisa berubah dalam sekejap.
Sampai di Bandung aku ceritakan tentang hal ini. Tentang perasaanku, tentang tingkahku yang aneh, tentang hatiku yang ternyata bisa jatuh cinta setelah kecewa oleh seseorang yang aku suka selama 4 tahun. Tian juga heran, kenapa bisa secepat itu?
Dia memastikan apakah perasaan ini benar, bukan cuma suka sekilas setelah bilang ugh ganteng lalu udahan. Aku bilang tidak tahu. Tapi setiap dia melihat snapgram aku, aku bakalan kegirangan trus menyodorkan hp ke arah Tian, diiringi dengan kalimat "lihat Tian, dia lihat story aku kaaan" lalu diiringi dengan cibiran Tian yang bilang "paling juga dia sedang lihat story orang lain lalu tidak sengaja ke snapgram mu".
Setiap hari ketika di Bandung itu terus yang aku lakukan. Menyodorkan hp ke Tian jika dia melihat snapgramku. seolah-olah aku dan dia hanya bisa berkomunikasi lewat snapgram, seperti aku memberitahu ke dia keberadaanku. Apalagi jika dia adalah orang pertama yang melihat snapgramku, maka aku akan menjerit kegirangan dan berloncat ria di hadapan Tian.
Saat itu aku mengakui dengan diriku sendiri bahwa aku benar-benar suka dia. Ini pertama kalinya aku jatuh cinta lagi setelah dulu pernah menyimpan perasaan terhadap seseorang selama 4 tahun lamanya.
Aku tanya lagi ke diriku, beneran suka atau hanya akan sebentar? batinku menjawab tidak tahu.
Sebelum pulang ke Batam, aku sempat mengobrol serius dengan Tian. Dia bilang bahwa jangan seperti dulu lagi. Jangan terlalu suka ke seseorang sampai mengorbankan banyak hal. Jangan seperti dulu lagi, mengorbankan perasaan dan waktu sampai 4 tahun lamanya. Kamu perempuan, wajib menemukan seseorang yang suka sama kamu dan mencintai kamu. Jika kamu fokus ke satu orang, maka kamu lupa untuk fokus ke diri sendiri dan menemukan orang yang tepat. Ingat kamu sudah berumur, harus mencari yang serius.
Orang yang kamu suka sekarang, apakah juga akan menyukaimu?
Perasaanmu yang sekarang, apakah benar-benar bisa kamu perjuangkan?
Aku terdiam, aku tidak bisa menjawab. Aku mengamini ucapan itu. Aku membenarkan ucapan itu. Sepanjang perjalanan dari Bandung ke Batam aku terus mempertimbangkan banyak hal. Perasaan ini apakah akan terus ada atau hanya sebentar? Perasaan ini apakah bisa diperjuangkan?. Untuk pertanyaan ke dua aku jawab tidak, mengingat banyaknya kekurangan aku dan betapa sempurnanya hidup dia.
***
Kepada kamu, orang yang aku suka.
Sampai saat ini aku masih menyukai kamu. Sudah 6 bulan sejak pertemuan itu bukan? Itu berarti perasaan aku serius. Hanya saja aku sudah tidak alay dengan selalu mantengin snapgram kamu. Aku juga tidak akan berusaha untuk mendapatkan kamu. Entah kenapa dari dulu aku dikasi kemampuan dalam melihat peluang. Lalu aku menyimpulkan bahwa aku tidak punya peluang terhadap kamu. Jadi aku menyerah sebelum berusaha.
Kepada kamu, orang yang aku suka.
Sebenarnya aku mau mengucapkan terima kasih. Karena ucapan ayahku bisa aku buktikan. Bahwa fikiran manusia bisa berubah. Buktinya aku bisa suka kepada seseorang yang sebenarnya bukan seleraku. Padahal dulu waktu aku kecewa, aku meragukan ucapan ayahku. Aku bersikukuh bahwa aku tidak akan jatuh cinta lagi seperti aku benar-benar jatuh cinta ke dia, seseorang yang berhasil membuat perasaan aku bertahan 4 tahun lamanya.
Kepada kamu, orang yang aku suka.
Aku tahu, aku tidak punya kesempatan. Seperti tadi yang aku bilang, dari dulu aku selalu dianugrahi kemampuan melihat peluang. Aku tidak melihat peluang terhadapmu. Jadi aku memutuskan untuk tidak membuang waktuku untuk memperjuangkanmu.
Kepada kamu, orang yang aku suka.
Ya, aku akui masih menyukaimu. Tapi aku berharap perasaan ini akan cepat pudar. Entah esok aku akan bertemu siapa, aku harap kalimat ayahku akan kembali terjadi lagi. Jika terjadi lagi, aku harap akan menyukai orang yang tepat dan aku punya peluang untuk memperjuangkan itu.
Kepada kamu, orang yang aku suka.
Ternyata memang benar, jatuh cinta tidak bisa kita atur. Aku menyukaimu bukan karena fisikmu atau karirmu. Yang benar-benar membuatku suka adalah caramu berbicara, caramu menatap, caramu tersenyum, dan caramu memperhatikan sesuatu.
Aku harap kamu selalu berbahagia dan bertemu pendampingmu.
Kepada sahabatku Tian,
Terima kasih karena selalu peduli dan memberikan solusi terbaik.
Kepada pembaca,
TOLONG JANGAN MUNTAH 😃
Comments
Post a Comment