Come Back, the Black Panther is ready for you. Review film Black Panther. Wakanda Forever
Review film Black Panther
Wakanda
Forever
14 Februari 2018 pertama kali film Black
Panther tayang di bioskop seluruh Indonesia. Aku yang bisa dibilang tak pernah
absen ke bioskop tentu menjadikan film ini sebagai salah satu pilihan ku untuk
menghabiskan waktu. Penilaian ku sebelum menonton film ini pesimis, aku merasa
film ini akan membosankan dengan alur cerita yang mudah di tebak. Persis
seperti cerita superhero lainnya, ada penjahat yang akan merusak kota dan sang
pahlawan yang akan melindunginya. Namun kenyataannya berbanding terbalik dengan
dugaan ku. Di awal film saja aku sudah tidak berkedip dengan penyajian kostum
dan senjata canggih yang Black Panther miliki.
Jatuh cinta pertama kali kepada Black
Panther ketika dia menyilangkan tangannya didada diikuti dengan gerakan pantas
turun dari jet tempur canggihnya. Gerakan dia yang melemparkan alat dan membuat
mobil berhenti membuat aku bergumam “waah keren”. Adegan demi adegan begitu aku
nikmati dengan seksama.
Film Black Panther mengisahkan seorang
Putra Mahkota yang bernama T’Challa yang harus mengemban tugas sebagai Raja
pasca kematian ayahnya T’Chaka. Ditengah ketidak-siapannya menjadi Raja yang
harus melindungi wakanda dan rakyatnya, T’Challa harus menghadapi Ulysses Klaue, sang pencuri yang selama 30
tahun selalu dicari oleh pemerintahan Wakanda karena berhasil mencuri
Vibranium, harta Wakanda yang selalu diincar dunia. Misi pertama T’Challa
setelah menjadi Raja adalah menangkap Ulysses dan membawanya ke Wakanda untuk
dihukum. Misi di mulai dengan mendatangi sebuah klub di Korea Selatan untuk
menemukan Ulysses. Akhirnya setelah pertempuran yang sengit, Ulysses berhasil
ditangkap dengan bantuan Agen Ross yang menyamar sebagai pembeli Vibranium. Namun,
belum sempat T’Challa menginterogasi Ulysses, dia sudah berhasil kabur dengan
bantuan Killmonger. Kenyatannya, Killmonger memiliki hubungan dengan Wakanda
dan keluarga T’Challa.
Penilaian
pertama ku sebelum menonton film ini salah besar, aku berfikir bahwa Ulysses
lah yang akan menjadi musuh besar T’Challa dalam melindungi Wakanda dan
Vibranium. Namun kenyataannya, T’Challa harus menghadapi Killmonger yang
merupakan sepupunya sendiri. T’Challa bukan hanya harus berperang dengan
Killmonger tetapi juga dengan dirinya sendiri. Dia begitu kecewa dengan Ayahnya
karena membunuh Pamannya dan bertanggung jawab terhadap Killmonger, monster
yang telah dia ciptakan. Nah, penasaran? Nonton sendiri deh.
Film ini
begitu kaya dengan tampilan teknologi dan budaya. Negara Wakanda sendiri
diceritakan sebagai negara yang tertutup namun maju pesat dalam bidang
teknologi. Meskipun begitu, masyarakat Wakanda tidak pernah meninggalkan budaya
yang telah diturunkan oleh nenek moyang. Contohnya dalam penobatan Raja,
T’Challa tetap harus berkelahi dan melawan penantang-penantang untuk
membuktikan dia yang paling kuat dan berhak jadi Raja. serta pakaian dan ritual
yang dijalankan, masih mengikuti tradisi nenek moyang.
Banyak
faktor yang membuat film ini sangat fresh untuk ditonton. Salah satunya adalah
pemain-pemain yang 90% adalah orang-orang berkulit hitam. Film ini membuat
nuansa baru bagi film superhero yang biasanya dimainkan oleh orang-orang berkulit
putih. Nuansa alam dan kebudayaan yang kental memanjakan mata penonton sehingga
puas dengan film ini.
Aku sendiri
begitu jatuh cinta dengan film ini dan T’Challa, sampai-sampai mengganti
wallpaper handphone dan komputer ku dengan fotonya. Bagiku film ini bukan hanya
hiburan, namun juga pembuktian bahwa orang-orang kulit hitam juga indah dan
menarik. Film ini juga mempengaruhi pikiran ku, inginnya setiap bertemu dengan
orang-orang berkulit hitam aku menyapa mereka dengan kalimat “Wakanda forever”
hehe.
Film bagus
ini pantas diberikan 8 dari 10*.
Comments
Post a Comment