Review Novel Misteri Patung Garam oleh Ruwi Meita
---SINOPSIS---
Dia sangat sadis. Dan, dia masih
berkeliaran.
Seorang pianis ditemukan mati,
Terduduk di depan pianonya, dengan bibir
terjahit.
Bola matanya dirusak, meninggalkan
lubang hitam yang amat mengerikan.
Rambut palsu merah panjang menutupi kepalanya. Sementara,
otak dan organ-organ tubuhnya telah dikeluarkan secara paksa.
Kulitnya memucat seputih garam.
Bukan, bukan seputih garam.
Tapi, seluruh tubuh sang pianis itu
benar-benar dilumuri adonan garam.
Kiri Lamari, penyidik kasus ini,
terus-menerus dihantui lubang hitam mata sang pianis.
Mata yang seakan meminta pertolongan sambil terus bertanya, kenapa aku mati?
Mata yang mengingatkan Kiri Lamari akan mata ibunya.Yang juga ia temukan tak bernyawa puluhan tahun lalu.
Mata yang seakan meminta pertolongan sambil terus bertanya, kenapa aku mati?
Mata yang mengingatkan Kiri Lamari akan mata ibunya.Yang juga ia temukan tak bernyawa puluhan tahun lalu.
Garam? Kenapa garam?
Kiri Lamari belum menemukan jawabannya.
Sementara mayat tanpa organ yang
dilumuri garam telah ditemukan kembali....
Dia sangat sadis. Dan, dia masih
berkeliaran.
Judul : Misteri Patung Garam
Author : Ruwi Meita
Penerbit : Gagas Media
Hal : vi & 278
Tahun : 2015
Cetakan : 1
ISBN : 879-780-786-x
“ Ya,
darah memang bisa menjadi kental dan kenyal. Sementara mawar itu lebih mirip
hiasan bunga dari bahan yang mengerikan.”Hal 50
Cerita dibuka dengan adegan seorang
korban pertama yang tidak hafal dengan sebuah lirik lagu dan membuat sang
pembunuh marah. Kandang dibuka dan perempuan itu merasa lagu yang barusan
dinyanyikan adalah lagu terakhir baginya. Perempuan itu adalah seorang pianis
terkenal dan ditemukan mati mengenaskan oleh sahabatnya sendiri. Kondisi seluruh
tubuh sang pianis memutih dan bertekstur halus, sepucat garam.
“Dia
sudah membuang rasa sakit pada dimensi lain kehidupannya.”
Kiri Lamari, seorang tokoh utama didalam
novel. Digambarkan sebagai seorang detektif muda dan handal. Kepiawaiannya dalam
menuntaskan kasus-kasus rumit membuatnya dipindahtugaskan ke Surabaya. Di hari
pertamanya menginjakkan kaki di Surabaya, dia sudah bisa menangkap seorang
bocah pencopet bernama Ireng yang selanjutnya akan menjadi temannya.
Sesampainya Kiri dilokasi pembunuhan
sang pianis, Kiri melihat seluruh tubuh korban yang dilumuri oleh garam. Gaun
dan wig yang berwarna merah serta salah satu mata korban yang terlihat kosong
seperti isinya telah dikeluarkan secara paksa. Hal yang membuat Kiri makin
memperhatikan mata tersebut adalah karena mata yang kosong itu mengingatkan
Kiri dengan Ibunya yang dia temukan tewas dikamar mandi dan keadaan matanya
sama persis dengan korban.
Kiri belum selesai dengan petunjuk
pembunuhan sang pianis yang ditinggalkan oleh pembunuh. Datang berita baru yang
kembali mengejutkan Kiri. Seorang perempuan mati terbunuh dengan kondisi yang
sama dengan korban sebelumnya. Namun, kali ini korban diposisikan sebagai
seorang pelukis, persis seperti profesi yang dimilikinya.
Dari petunjuk kematian sang pianis, Kiri
mendapatkan sebuah petunjuk yang membawanya menyelidiki seorang pemahat
terkenal, Rahardian. Kiri mulai fokus untuk menyelidiki sang pemahat. Namun
konsentrasinya terpecah karena sang kekasih menuntut agar dia segera berbaikan
dengan Ayahnya. Dalam pergolakan batin yang menyiksa dan ketidakmampuan Kiri
untuk mengungkap kesalahan Rahardian, muncul kasus ketiga yang serupa dan
membuat Kiri makin terpojok.
Ditengah kegundahan Kiri akan masalah
dan kasus yang dia hadapi, muncul pesan-pesan teror yang membuat Kiri khawatir
dengan keadaan Kenes, pacarnya. Tampaknya sang pembunuh mulai membuntuti
keluarga dan kehidupan pribadi Kiri. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah
Kenes, pacar sang detektif akan menjadi korban selanjutnya? Berhasilkah Kiri mengungkapkan
kasus ini? Silahkan dibaca novelnya.
Misteri patung garam, novel ini aku
anggap sebagai novel terseram yang pernah aku baca. Gabungan antara horor dan thriller
membuat novel ini pantas diacungi jempol. Detail pembunuhan yang dianggap
sebagai maha karya oleh pembunuh membuat pembaca ngeri namun penasaran akan
kelanjutan cerita. Ruwi Meita benar-benar sukses menggambarkan cerita di novel
ini.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel
ini adalah sudut pandang orang ketiga dengan alur maju mundur. Cerita dalam
novel ini begitu digambarkan dengan ketegangan. Setelah membaca novel ini, aku
sama sekali tidak bisa tidur dan takut mematikan lampu. Begitu banyak
istilah-istilah forensik dan teknik mumifikasi yang bisa menambah pengetahuan
pembaca. Mengapa pembunuh memilih garam, bagaimana garam menjadi prinsip sang
pembunuh dalam membasuh dosa. Semuanya akan dipaparkan secara jelas dan rinci oleh
penulis didalam novel ini. Nah, penasaran? Silahkan langsung dibaca saja novel
ini.
Hal yang paling penting bagiku yang
disampaikan oleh novel ini adalah kita sebagai sesama manusia yang seringkali
salah tidak pantas menghukum dosa manusia lainnya. Karena manusia adalah
makhluk tuhan yang tidak sempurna.
Sebagai penutup aku berikan 6* untuk
novel “Misteri Patung Garam”
Comments
Post a Comment