Perempuan Nembak Duluan? Bolehkan?
Perempuan Nembak
Duluan? Bolehkan?
Hey Ladies, jangan mau dibilang
lemah... lala lala lala lala....
Sepenggal lirik lagu dari Rossa
yang terlintas ketika mulai menulis tulisan ini. Pernahkah kalian berfikir
seberapa pantas kau untukku dambakan, cukup indahkah dirimu untuk slaluku
nantikan (eeh, stop... stop ini lirik lagu, maaf woi kepala lagi pengen
nyanyi).
Maksud aku pernahkah kalian
berfikir tentang pantas atau tidak pantasnya perempuan yang nembak duluan.
Maksudnya perempuan yang lebih dulu menyatakan perasaan suka kepada laki-laki.
Dari kecil, mamaku selalu bilang
begini “jadi pempuan tu jangan teregeh-egeh depan lelaki, tau malu siket, jage
marwah tu” lebih kurang dalam bahasa indonesia begini “jadi perempuan jangan
tersorong-sorong depan laki-laki, jaga harga diri”. Mamaku sering cerita kalau
dulu waktu dia pacaran tidak pernah ngutarakan perasaan duluan, tidak pernah
ngajak jalan duluan, tidak pernah bertandang duluan, harga diri itu penting,
malu itu penting, laki-laki yang harusnya duluan. Alhasil, pelajaran tersebut
aku terapkan sampai kuliah. Kalau suka sama laki-laki, lebih memilih menghindar
daripada dekat dan lebih memilih diam tentunya.
Pesan dari mamaku aku terapkan.
Aku suka sama seseorang waktu kuliah, selama empat tahun perasaan suka tersebut
tidak pernah aku ungkapkan, cuma pernah beberapa kali mengirimkan hadiah secara
diam-diam. Empat tahun suka benar-benar menjaga jarak, bahagia ketika bertemu dan
cemburu kalau perempuan lain terlalu intim dengan dia. Aah, tapi hal ini
benar-benar menyiksa. Aku tipe orang yang benar-benar tidak bisa menyimpan sesuatunya
sendiri. Hal ini hanya bisa aku bagi dengan teman dan keluarga. Aku sering
bercerita ke mereka bagaimana sukanya aku ke dia. Ketika aku bertanya ke mereka
“haruskah aku ngomong”? mereka semua menjawab jangan apalagi mamaku menentang
habis-habisan.
Akhirnya sampai tahun terakhir
kuliah dia kasi kabar akan menikah. Waah, tahu rasanya bagaimana? Jatuh, patah,
hancur, lebay banget. Tapi waktu itu memang rasanya begitu. Untungnya
waktu dia ngomong begitu kami semua lagi makan ayam cabe ijo yang pedasnya minta ampun. Jadi walaupun aku nangis dan ngeluarin air mata karena shock dan sakit hati, orang-orang tidak
akan tahu. Semua orang pasti mengira aku menangis karena sambal ijo yang
kumakan. Terima kasih Sambal Ijo Podomoro.
Jangan tanya aku nangis berapa
hari, berhari-hari, bahkan di tempat kerja. Lebay sekali, sebenarnya aku malu menulis ini. Bahkan
temanku Septian sudah capek mendengar aku yang bercerita sambil
terisak-isak. Mau di mana aja aku cerita sambil nangis. Tian bawa ke Batagor
Ihsan aku nangis sambil bilang “huhu, dia orang Bandung Tian, makanan terkenal
di Bandung kan batagor, kenapa kau bawa aku ke sini? aku jadi ingat dia” sambil
lanjut nyendokin batagor. Tian bawa ke bioskop nonton film action juga begitu
“dia suka film action Tian, tiap abis nonton film di bioskop dia selalu review
ke Bang Eray teman sebangkunya” lanjut nangis sambil nonton. Tian juga membawaku
ke Hong Kong Town, karena biasanya aku suka sekali makan di sini “...huhuhu, dia
kalau makan banyak banget Tian, nasi bisa habis 3 piring, apalagi lauk enak
begini” lanjut nangis sambil nyendokin kangkung. Semua tempat tersebut tak
mempan menghiburku. Di perjalanan, di dalam mobil paling kencang nangisnya. Apalagi
kalau Tian memutar lagu-lagu galau. Beuh, teriris-iris rasanya.
Hal yang aku sesali bukan karena
tidak mendapatkan dia. Tapi karena aku enggan mengutarakan perasaanku. Aku tak
pernah mencoba, setidaknya jika aku sudah mencoba dari dulu, aku tidak akan
menghabiskan waktu berlama-lama untuk menyukai dia. Setidaknya aku akan move on dan mulai menyukai orang lain,
setidaknya aku tahu hasilnya bagaimana.
Aku menyesali perbuatanku,
menurutku aku perempuan yang lemah. Aku tidak bisa mengutarakan apa yang aku
mau, apa yang aku rasakan, aku merasa kalah dari pahlawan-pahlawan perempuan zaman
dulu yang rela ikut berperang demi mengutarakan keinginannya untuk merdeka.
Aku? Masalah satu lakik aja tidak bisa. Heuh, cemen.
Lalu aku mulai mencari tahu cara
pandang yang seperti ini. Cara pandang yang diturunkan oleh mamaku. Cara
pandang yang mungkin juga dimiliki oleh banyak perempuan di dunia ini. Apa
baiknya dan apa buruknya. Menurutku suka terhadap sesuatu atau seseorang adalah
hak setiap manusia di muka bumi ini. Bukankah UUD sudah mengatur hal ini?
Mengapa kebanyakan perempuan dianggap aneh ketika mengutarakan perasaannya?
Apakah melanggar norma-norma? Mengapa bisa menurunkan harga diri? Toh, dia
tidak mempertaruhkan kehormatannya.
Menurutku dari kasus begini bisa
dijadikan penyebab mengapa perempuan tidak bisa mengutarakan apa yang dia mau.
Misalnya ditanya mau makan di mana jawabannya terserah, mau nonton apa
jawabannya terserah, marah tapi tidak mengatakan kalau dia marah, merajuk tapi
tidak mau bilang penyebab merajuk, itu karena di dalam pikirannya terkonsep
bahwa laki-laki yang harusnya duluan memutuskan
sesuatu, laki-laki yang seharusnya tahu kode-kode yang ditunjukkan oleh
perempuan, padahal laki-laki tidak punya indra ke enam. Mengapa bisa demikian?
Aku simpulkan beberapa hal hasil dari bacaanku di beberapa artikel.
1. Perempuan dianggap sebagai pihak yang menerima
dan dilindungi
Yap, hal ini masih menjadi konsep
pemikiran bagi banyak orang. Dengan adanya hal ini, orang-orang beranggapan
bahwa perempuan hanya boleh menerima, aneh jika perempuan memberi. Bisa
dijadikan contoh kasusku di atas. Perempuan tak pantas nembak duluan, tak
pantas memberikan pernyataan duluan, dianggap tidak tahu malu dan menurunkan
harga diri. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Banyak yang perempuan
berikan kepada laki-laki dan banyak juga yang bisa perempuan lakukan sama
seperti laki-laki.
2. Benevolent sexim
Pernah dengar istilah ini? Menurut
Oxford Advanced Learner’s
Dictionary, seksisme adalah perlakukan tidak adil pada seseorang, terutama perempuan, karena jenis
kelaminnya. Sedangkan Benevolent adalah bagian dari Ambivalent Sexisme yang dikemukakan oleh
Glick & Fiske (1996). Menurut mereka Benevolent
Sexism adalah seksisme yang dilakukan dengan cara halus dan penuh kasih sayang,
seperti perempuan adalah makhluk yang perlu dilindungi, tetapi pada akhirnya
tetap menunjukkan subordinasi perempuan terhadap laki-laki. Anggapan ini yang
bisa menjadi alasan mengapa masyarakat menomorduakan perempuan, termasuk
masalah mengemukakan pendapat dan perasaan.
Menurutku
dua alasan tadi menjadi penyebab adanya pola pikir mamaku dan teman-temanku. Pola
pikir yang sepertinya tidak sesuai denganku. Aku merasa tidak perlu menjadi
pribadi yang suka memberi kode. Sampai kapan kita harus menunggu? Sampai kapan
kita harus jadi pihak yang menerima? Jika suka, marah, merajuk, lapar, sedih,
kecewa, utarakan saja. Namun tetap sebagai perempuan haruslah mengutarakannya
dengan cara yang baik dan terhormat.
Perempuan
nembak duluan? Tidak mengapa. Jujur saja kalau memang suka. Jangan suka memendam
perasaan karena masih banyak yang harus kamu lakukan dan fikirkan selain
perasaan suka kamu. Jika tidak berbalas? Santai saja, anggap saja latihan untuk
bisa berbicara hal yang lebih besar suatu saat nanti.
Note
:
1. Aku
dapat informasi tentang Benevilent Sexism
dari artikel di bawah ini. Tulisannya bagus sekali, silahkan dibaca.
2. Jika
ada pembaca yang punya informasi banyak tentang sexism, bisa share ke aku. Kita juga bisa diskusi soal ini.
3.
Jangan lupa kritik dan sarannya ya teman-teman. I love you :-*
4.
Oh iya, aku dah move on kok. Sloow :-D
Comments
Post a Comment