Baper. salahkah?
"Jangan Baper"
Aku sering sekali mendengar kalimat ini. Waktu di kampus oleh teman-teman kampusku. kamu, pernah? atau pernah melontarkan kalimat seperti itu?
sebenarnya apa sih pengertian Baper? apakah orang yang sering melarang seseorang untuk tidak baper tau pengertian baper?
kamu tahu?
tidak tahu?
tahu?
tidak tahu?
geleng-geleng, angguk-angguk, geleng-geleng, angguk-angguk. Apa sih? 😩
Alright, sejauh mata memandang, sejauh jari jemari saleh yang lentik ini mengklik mouse komputer, sejauh pencarian di mbah google. Akhirnya, kutemukan dirimu wahai pengertian Baper.
Ba-per singkatan dari bawa perasaan. yeee, semua orang tau kali de..
ye-ye-ye. sabar nape?
ini baru mau dijabarin. ga sabaran banget dah.
(ini aku ngobrol sama siapa yak) hmm...
Bawa menurut KBBI adalah memegang atau mengangkut sesuatu, melibatkan atau menyangkut-nyangkutkan.
semua orang tahulah ya arti kata ini.
Lalu bagaimana dengan perasaan?
Perasaan berasal dari kata 'rasa' yang menurut KBBI berarti perbuatan merasa dengan pancaindra, rasa atau keadaan batin ketika menghadapi atau merasai sesuatu.
Lalu?
Pengertian perasaan yang sebenarnya?
Menurut wikipedia : Perasaan juga dikenal sebagai keadaan sadar, seperti yang dihasilkan dari emosi, sentimen atau keinginan. Perasaan dapat diartikan berbeda dengan emosi dalam pengertian emosi yang bersifat universal. Sementara perasaan adalah respon yang dipelajari tentang sebuah keadaan emosi di lingkungan atau kebudayaan tertentu.
Menurut Chaplin (1972) : perasaan adalah keadaan (state) yang dialami oleh setiap individu sebagai bentuk proses akibat dari persepsi tindakan yang mempengaruhinya. Dalam arti ini keadaan tersebut dilakukan atas dorongan internal dan eksternal dalam kehidupan yang dijalankan.
Pada awalnya bawa perasaan digunakan untuk menggambarkan seseorang yang sering kali galau, bimbang, hingga susah mengambil keputusan karena ia tidak hanya menggunakan pikiran dalam bertindak namun juga menggunakan perasaannya.
Akan tetapi, bawa perasaan mengalami perubahan makna seiring berjalannya waktu. Kata baper sekarang lebih sering digunakan ditujukan kepada orang yang mudah tersinggung atau marah, akibat “terlalu mengambil hati” atau “terlalu peduli” pada setiap candaan verbal dan candaan lain yang ditujukan kepada seseorang.
Fenomena ini secara perlahan juga menggeser beberapa budaya dan kebiasaan masyarakat. Dahulu ketika seseorang tersinggung oleh ucapan seseorang, maka pihak yang berbuat salah tentu akan meminta maaf. Namun saat ini, ketika kita menemui persoalan-persoalan kecil semacam itu. Dengan mudah kita menyebutnya baperan “Ah,baperan lu,gitu aja marah”. Justru hal tersebut menurut saya mengurangi attitude atau memberikan banyak kesempatan bagi seseorang untuk mengeluarkan statement dengan tujuan menyakiti hati pihak lain. Setelah itu cukup mencap pihak tersebut dengan istilah “Baper”. (https://lpmprofesi.com/2018/03/salahkah-baper/)
Menurutku, mereka yang menggunakan hati akan lebih sensitif dan mudah merasa. Mereka akan lebih berhati-hati dalam berucap dan bercanda, akan lebih menjaga perasaan teman bicara dan memikirkan tindakan yang dilakukan.
Mungkin, orang-orang mengira bahwa orang yang baper adalah orang-orang yang cengeng dan terlalu mengambil pusing akan suatu hal. sebenarnya tidak, bukan begitu. sikap atas sesuatu hal tergantung kepada individu masing-masing. Akan tetapi, kita sebagai manusia yang sadar alangkah lebih baiknya berucap dan mengeluarkan kata-kata yang baik. jangan mudah mengklaim sikap baper seseorang dengan hal negatif.
Bukankah menurut Chaplin perasaan muncul karena dorongan internal dan eksternal dalam kehidupan? anda yang sering ngatain orang baper mungkin menjadi pendorong seseorang untuk baper. ciaaauuu....
Comments
Post a Comment