Review Film The Meg


Review Film The Meg
 
Akhir-akhir ini aku jarang sekali bertandang ke bioskop. Bukannya apa, selain karena gak ada teman alias status jomblo akut yang disandang tapi karena gak update juga film-film apa yang terbaru dan seru. Tidak seperti dulu. Dulu waktu kuliah hampir tiap malam ke bioskop, dari film terkenal, seru, terlaris sampai film yang abal-abal dan ecek-ecekpun ditonton. Karena satu alasan, ada partnernya.
Akhirnya kemarin, tanggal 12 Agustus aku memutuskan untuk ke bioskop lagi. Bersama adik sepupuku Mirna, kami memutuskan untuk menonton film fantasi berjudul The Meg alias Megalodon. Kalau kalian tidak tahu apa itu megalodon, silahkan google. Tapi yang pasti megalodon adalah nenek moyang ikan hiu. Besar, kuat dan tahan lama. Eeh? Bukan. Besar, kuat dan pemangsa apa saja. Gitu.
Film ini kami pilih karena pemain utamanya Jason Statham. Dalam bayangan kami berdua, pastilah film ini akan bagus. Dugaan kami tidak salah, karena film ini memang seru.
Film The Meg mengisahkan tentang teror ikan hiu yang besar. Dengan panjang hampir 30 meter, The Meg adalah ancaman besar bagi manusia. Dia dicirikan sebagai hiu yang tak takut apapun dan bisa memangsa ikan paus berukuran besar sampai putus. Widiiih, serem yak?
Film dibuka dengan penyajian labor penelitian bawah laut yang canggih. Para peneliti berkeinginan untuk menemukan dasar laut yang lebih dalam daripada palung mariana. Mereka berhasil menemukannya, tapi juga memancing The Meg, sang hiu besar untuk keluar ke permukaan.
Film ini sangat menghibur. Dari segi teror cukup membuat penonton deg-degan. Lalu dibumbui dengan komedi disetiap adegannya, membuat penonton merasa betul-betul terhibur ketika menonton. Belum lagi penyajian teknologi tingkat tingginya. Kapal selam, kapal selam penyelamat, oksigen untuk berenang di dasar laut serta teknologi lainnya. Membuka mata penonton akan kemungkinan adanya teknologi seperti itu dalam dunia penelitian bawah laut.
Pemainnya juga bervariasi, adanya aktor china seperti Li Bing Bing membuat mata penonton fresh karena variasi pemain dari asia. Tempat syuting di Thailand serta laut di shanghai menambah kesan universal dalam film ini.
Namun, kembali ke jenis film. Karena jenis film ini adalah fantasi, maka ketika menonton kita harus mengesampingkan akal serta logika. Banyak hal-hal yang dipertanyakan oleh akal. Misalnya “mengapa mereka tidak terlihat ketakutan ketika memburu The Meg, bukankah mereka tahu The Meg itu berbahaya?” dan sederet pertanyaan lainnya.
Belum lagi banyak yang menyayangkan akting Li Bing Bing ketika disandingkan dengan aktor hollywood Jason Statham. Banyak yang menilai akting Li terlalu lebay dan terkesan dibuat-buat. Aku juga berfikir demikian. Aku gak mengada-ngada loh ya, buktinya Awkarin pun berfikir demikian. Malah banyak yang setuju dengan pendapat dia di instastory miliknya.
Tapi secara keseluruhan, film ini bagus dan menghibur sekali. Tidak peduli dengan fantasinya yang tidak masuk akal atau akting Li. Kalian akan puas ketika keluar dari bioskop setelah menonton film ini.
Bintang untuk film ini 8 dari 10


Comments

Popular posts from this blog

Abang Kelas Yang Aku Kagumi

Lelaki Terakhir Menangis di Bumi

Kenangan Bersama Ayah - Bagian 1