Ihiiy, Selamat Datang Haidku
Ihiiy, Selamat Datang Haidku
Menstruasi, haid atau datang bulan
adalah siklus alami yang semua perempuan alami. Tentu perempuan tahu mengapa
mereka menstruasi, apabila tidak dibuahi, sel telur akan diserap tubuh dan dinding rahim yang sudah
menebal akan luruh, kemudian mengalir keluar dari tubuh bercampur dengan darah.
Proses keluarnya darah dari vagina inilah yang disebut haid atau datang bulan.
Begitulah sedikit pengertian menstruasi menurut ilmu biologi.
Ketika
SMP kelas 1, aku tidak mau haid dengan cepat. Menurutku jika sudah haid berarti
aku bukan lagi anak kecil, dosa aku tanggung sendiri dan aku harus siap dengan
pengetahuan tentang hal-hal dewasa. Setiap bulan mamaku bertanya apakah sudah
haid, apakah ada darah yang keluar, atau apakah perut, pinggang dan pinggulku
terasa ngilu. Aku tak mengerti kenapa mamaku begitu ingin aku segera haid.
Bagiku lebih baik begini saja.
Akhirnya
waktu ujian semester 2 aku merasakan hal aneh di sekolah. Aku tak merasakan
sakit perut, pinggang atau pinggul seperti yang selalu dikeluhkan teman-temanku
ketika mau haid. Tapi ada sesuatu yang aku rasakan keluar dengan sendirinya.
Aku segera ke toilet ditemani temanku Sri, aku memeriksakannya lalu bilang ke
Sri “Wak, keknya aku haid”.
Aku
menanggapi hal tersebut dengan biasa saja, malah sepulang sekolah aku masih
mengayuh sepeda dan memboncengi Sri sampai pulang ke rumah. Seingatku waktu itu
aku haid selama 4 hari.
Umumnya
periode menstruasi perempuan normal adalah 2-7 hari, sementara siklus
menstruasi berlangsung selama 21-35 hari, dengan rata-rata pada umumnya 28
hari. Ini berarti setiap bulannya perempuan normal akan mendapatkan haid secara
teratur. Periode dan siklus ini tidak terjadi padaku, aku tidak mendapatkan
menstruasi setiap bulan sejak menstruasi pertamaku. Menstruasiku datang setiap
6 bulan sekali, persis seperti pembagian rapor semester.
Aku tidak
terlalu bingung saat itu, tetap kujalani hari dengan bahagia. Dulu waktu SMP, absen
solatku full sampai guruku bingung kenapa aku tidak pernah bolong solatnya. Setiap
bulan teman-temanku mengeluhkan sakit perut dan pinggang, ada juga yang
mengeluh haidnya terlalu banyak sehingga harus mengganti pembalut beberapa jam
sekali, ada juga yang darah haidnya menembus baju sekolah sehingga mereka malu
untuk berdiri dan ke kantin. Aku sendiri tidak mengalami hal-hal seperti itu.
Aku tidak
terlalu khawatir dengan hal ini, tapi mamaku yang benar-benar tampak was-was. setiap
ada duit, dia selalu membawaku ke rumah sakit, ke puskesmas, ke dokter mana
saja untuk memeriksa keadaanku. Semua dokter menjawab dengan kalimat yang sama
“biasa ini bu, hormonnya tidak teratur, kalau sudah 21 tahun masih begini juga
baru boleh khawatir”.
Tapi
tampaknya mamaku tak puas. Setiap malam sebelum tidur dia selalu bertanya
samaku tentang hal-hal yang menurutku berlebihan. Seperti “kamu pernah jatuh ya
de atau vaginamu pernah terhantam benda tumpul?” dia juga pernah merasa bahwa
aku tidak normal, perkataan dokter tentang masalah hormon dia kait-kaitkan
dengan ketertarikan seksual. “kamu masih suka cowokkan de? Ada cowok yang kamu
suka di sekolah?” kalau diingat mamaku memang lebay.
Masalah
menstruasi ini tidak membuatku khawatir selama aku SMP, aku bahagia karena aku
tak perlu risau mengganti puasa ramadhan. Tapi ketika memasuki SMA, fikiranku
mulai terganggu dengan hal ini. Aku mulai memperkirakan penyebab haidku tidak
lancar. Mulai dari penyakit sistem reproduksi seperti kista, endometriois,
kanker serviks sampai masalah hormon yang tidak normal menghantuiku. Setiap
malamnya aku berfikir apakah aku akan gagal menjadi wanita normal yang harus
memberikan keturunan. Mamaku sering bilang wanita sempurna adalah yang bisa
masak dan memberikan keturunan. Kalimat-kalimat itu menghantui fikiranku.
Apalagi mamaku selalu bercerita tentang hal-hal yang menurutku mengerikan. Dia
pernah bercerita ada seorang perempuan yang dipulangkan oleh suaminya ke rumah
orang tua hanya karena tidak bisa masak. Aku selalu mengait-ngaitkan cerita itu
dengan keadaanku. Yang tidak bisa masak saja dipulangin, apalagi jika tidak
bisa memberikan anak. Ditambah, temanku bercerita bahwa saudaranya tidak pernah
mendapatkan haid karena tidak punya rahim.
Setiap hari
aku berusaha mencari penyebab tentang haidku yang tidak lancar. Jika ke warnet,
yang aku buka pasti tentang sistem reproduksi. Aku mengenali tanda-tanda
penyakit tersebut dan mengaitkannya dengan keadaan tubuhku. Jika aku ke perpustakaan
umum juga akan mencari buku-buku tentang sistem reproduksi. Setiap bulannya aku
akan stres karena menunggu haid yang tidak kunjung datang. Kadang-kadang aku
loncat-loncat sendiri berharap darah di rahimku akan luruh dan aku akan segera
haid. Hasilnya malah asmaku kumat.
Mamaku
juga berusaha membuat haidku datang setiap bulannya, dia selalu meramu
jamu-jamu tradisional yang pahitnya juara. Bisa dibilang haid adalah tamu
terpenting yang kutunggu-tunggu setiap bulan. Namun permasalahan ini tidak kunjung
selesai, aku tidak kunjung mendapatkan haid setiap bulan. Haidku tetap datang 6
bulan sekali.
Tahun 2015, aku sudah
tidak sanggup lagi penasaran dengan hal ini. Meskipun haidku sudah ada
kemajuan, datang 3 bulan sekali. Tetap saja tidak bisa membuat rasa penasaranku
hilang. Aku putuskan memeriksakan organ reproduksiku ke dokter kandungan dengan
cara USG (Ultrasonography). Aku menemukan jawabannya, rahimku kecil dan mampet. Bukan
ukuran normal. Dokter menyarankan aku
untuk diet dan olahraga secara teratur sembari menuliskan resep obat.
Sekarang haidku sudah normal. Permasalahan haid sudah selesai. Tapi perjuangan ingin haid tiap bulan tidak akan pernah aku lupakan. Aku merasa hal ini benar-benar menjadi pelajaran berharga buatku untuk selalu bersyukur. Setiap bulan saat haid datang, aku akan merasa kegirangan dan berteriak ‘ihiiiy, selamat datang haidku”.
Sekarang haidku sudah normal. Permasalahan haid sudah selesai. Tapi perjuangan ingin haid tiap bulan tidak akan pernah aku lupakan. Aku merasa hal ini benar-benar menjadi pelajaran berharga buatku untuk selalu bersyukur. Setiap bulan saat haid datang, aku akan merasa kegirangan dan berteriak ‘ihiiiy, selamat datang haidku”.
Comments
Post a Comment