Pembenci Asap Rokok
Pembenci
Asap Rokok
Rokok? Perokok tahukah sejarah rokok itu
sendiri? Perokok tahukah kandungan di dalam rokok yang dia hisap setiap hari? Perokok
tahukah dampak dari merokok? Well, mungkin
gak perlu pengetahuan tentang hal itu untuk membeli rokok. Tapi coba bayangkan saja
jika syarat membeli rokok harus memiliki pengetahuan tentang rokok. Pertanyaannya
misalnya, tahun berapakah rokok muncul di Indonesia, tembakau apa yang
terkandung dalam rokok jenis yang ingin anda beli, atau apa kandungan asap dari
rokok yang anda bakar. Aku yakin, jika syaratnya seperti ini perokok aktif akan
berkurang.
Sekarang ini, banyak kampanye dan iklan larangan
merokok mengisi berbagai media. Mulai dari bungkus rokok itu sendiri,
baliho-baliho, pamflet-pamflet, bahkan iklan televisi. Ancaman penyakit seperti
kanker, impoten hingga keguguran janin
juga telah disampaikan kepada masyarakat guna untuk mengurangi jumlah perokok. Namun
hasilnya, setiap tahun jumlah perokok aktif bertambah. Sekarang 60 juta
penduduk Indonesia adalah perokok aktif. Mirisnya lagi, 70%nya adalah warga
miskin dan anak-anak. *Hmm, aku berusaha menarik nafas dalam-dalam agar
kebagian oksigen.
Aku sendiri merasa sangat risih jika
berdekatan atau berhadapan dengan perokok. Bukannya apa, buat seseorang yang
punya riwayat asma sepertiku, asap rokok adalah musuh besar dan nyata yang
harus aku hindari. Aku tidak membenci mereka yang merokok, asap rokoknyalah
yang aku benci.
Pembenci asap rokok sepertiku tidak selalu
bisa langsung menghindari kepulan asap rokok. Di lampu merah misalnya, aku
tidak bisa menghindari abang-abang atau bapak-bapak yang sedang mengantri lampu
merah sembari merokok yang asap rokoknya mengepul-ngepul serta terbawa arus
angin. Otomatis, posisiku yang di sebelahnya atau di belakangnya menjadi
sasaran asap-asap kejam dan selalu tak merasa berdosa menggerogoti hidung dan
paru-paruku. Aku selalu saja ingin meneriaki mereka ini dengan kata-kata kotor.
“woi bodoh, woi a**ing, woi tak punya otak, aku ga bisa bernafas woi.” Namun tetap
saja kata-kata itu tersimpan rapi di dalam hati. Sembari mengumpat di dalam
hati, kutambahi masker hidungku dengan jilbab yang kukenakan, berharap
percobaan pembunuhan ini cepat berlalu.
Namun tetap saja, aku tidak bisa
benar-benar menghindari asap rokok ini. Di kantorku, semua staf laki-laki
merokok. Mulai dari teknisi hingga kurir adalah perokok. Mereka selalu merokok
di gudang dan selalu berakhir kuteriaki dan kumaki-maki dengan sumpah serapah
karena asapnya yang terbawa angin masuk ke ruangan kerjaku.
Aku juga selalu risih dengan bapak-bapak
yang bawa anak di mobil sambil merokok. Awalnya aku tegur baik-baik, namun
karena mereka tidak suka dikasi tahu akhirnya aku gunakan cara kasar, kasi tahu
sambil nyolot. Bapak-bapak yang tidak punya otak.
Buat para perokok, orang-orang seperti
kami ini tidak bisa menghentikanmu. Merokok adalah hakmu. Tapi cobalah
mengerti, rasakan penderitaan orang-orang macam kami yang sangat susah bernafas jika udara sudah
dicampuri dengan asap rokokmu. Bukankah bernafas dan memperoleh udara yang
bersih adalah hak semua maklhuk?
Buat para perokok, kami tidak tahu
nikmatnya merokok. Tapi tolong fikirkan dampak dari kenikmatanmu untuk orang
sekitarmu. Jika kau tak peduli akan kesehatanmu. Tolong peduli dengan
orang-orang yang mungkin bisa kamu bunuh.
Comments
Post a Comment